Senin, 26 Desember 2016

PSIKOLOGI PENDIDIKAN TENTANG ALIRAN PSIKOLOGI KOGNITIF

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

TENTANG ALIRAN PSIKOLOGI KOGNITIF

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar belakang
Teori yang melandasi pendidikan tersebut pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu Teoriasosiasi yang berorientasi induktif artinya  bahwa bangunan ilmu dalam pengembangan pendidikan didasarkan atas unit-unit pengetahuan, sikap dan keterampilan menjadi unit yang lebih universal dan general, aliran dalam teori ini adalah aliran behaviorisme, atau lebih dikenal dengan aliran Stimulus-Respon (S-R) yaitu aliran yang beranggapan bahwa pendidikan diarahkan pada terciptakanya perilaku-perilaku baru pada peserta didik melalui stimus respon yang diberikan selama proses pembelajaran berlangsung. Kemudian yang kedua adalah teori lapangan (Field Theory) yang justru berbeda dengan teori asisiasi, teori ini lebih mengarah pada deduktif, artinya pengetahuan itu diperoleh dari sesuatu yang general dan holistik untuk menemukan kebenaran-kebenaran dari unit-unit yang ada dalam pembelajaran tersebut. Teori ini memiliki dua aliran yaitu kognitifisme dan humanism.
Pada bahasan makalah ini, penulis hanya akan membicarakan tentang teori belajar menurut aliran psikologi kognitif sebagaimana ulasan berikut ini.
B.     Rumusan Masalah
            1.    Apa aliran kognitif?
            2.    Siapa saja tokoh aliran kognitif?
            3.    Bagaimana ciri-ciri aliran kognitif?
            4.    Bagaiman implikasi psikolog kognitif dalam pendidikan?
C.  Tujuan
1.    Untuk mengetahui apa aliran kognitif
2.    Untuk mengetahui tokoh-tokoh aliran kognitif
3.    Untuk mengetahui ciri-ciri aliran kogitif
4.    Mengetahui apa saja impikasi psikolog kognitif dalam pendidikan


BAB II
PEMBAHASAN
A.      Konsep Dasar Psikologi Kognitif dan Aliran Psikologi Kognitif
Adapun konsep dasar psikologi kognitif dan aliran psikologi kognitif yaitu sebagai berikut :
1.    Konsep Dasar Psikologi Kognitif
  Teori pembelajaran kognitif merupakan teori pembelajaran yang lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. bagi penganutan aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons namun lebih dari itu, belajar melibatkan poreses berpikir yang sangat kompleks. tiori ini sangat erat berhubungan dangan tiori sibernetik.
    Pada masa-masa awal diperkenalkannya teori ini, para ahli mencoba menjelaskan bagai mana siswa mengolah stimulus, dan bagaimana siswa tersebut bias sampai kerespons tertentu ( pengaruh aliran tingkah laku masih terlihat disini ). namun, lambat laun perhatian ini mulai bergenser. saat ini perhatian mereka terpusat pada peruses bagai mana suatu ilmu yang baru bersimilunasi dengan ilmu yang sebelumnya telah dikuasai oleh siswa. menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalu proses intraksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. proses ini tidak berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah, tetapi melalu proses yang mengalir, bersambung-sambung, menyeluruh, ibarat seseoran yang memainkan musik, orang ini tideak “memahami” not-not balok yang terpampang di partitur sebagai impormasi yang yang saling lepas berdiri sendiri, tetapi sebagai satuan kesatuan secara utuh masuk kepikiran dan perasaannya. tiori ini terwujud dalam “tahap-tahap perkembangan” yang diusulkan oleh jean piget,   “belajar bermakna” nya ausubel, dan belajar penemuan secara bebas ( free discovery learning ). oleh jereme bruner.[1]

2.    Aliran psikologi kognitif
Psikologi Kognitif merupakan cabang ilmu yang mempelajari proses mental, bagaimana manusia berpikir, merasakan, mengingat, belajar dimana otak akan menjalankan fungsi utamanya yang disebut dengan berpikir. Dalam hal ini otak adalah sistem fisik dalam bekerja pada batas hukum alam dan kekuatan sebab akibat, bisa menampung sebanyak-banyaknya, apapun item yang masuk kedalam memorinya secara simultan. Kemampuan membedakan hasil penginderaan, menghasilkan kemampuan lebih tinggi, membentuk kategori konseptual.
Psikologi kognitif akan berusaha untuk menggambarkan cara kerja pikiran dan membuat dunia lebih baik dari yang seharusnya. Menurut teori kognitif belajar dan pembelajaran mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor lingkungan dalam berintekrasi yang berjalan terus menerus sepanjang hayat.[2]
Psikologi kognitif adalah ilmu yang menyelidiki pola pikir manusia. Psikologi kognitif membahas persepsi terhadap informasi (Anda membaca pertanyaan), membahas pemahaman terhadap informasi (Anda memahami inti pertanyaan tersebut), membahas alur pikiran (Anda menentukan apakah anda mengetahui jawabannya atau tidak), dan membahas formulasi dan produksi jawaban Anda.Kemudian psikologi kognitif dapat pula dipandang sebagai studi terhadap proses-proses yang melandasi dinamika mental.Sesungguhnya, psikologi kognitif meliputi segala hal yang kita lakukan.
Aliran kognitif mulai muncul pada tahun 60-an sebagai gejala ketidakpuasan terhadap konsep manusia menurut behaviorisme dan psikoanalisa. Gerakan ini tidak lagi memandang manusia sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif terhadap lingkungan, melainkan sebagai makhluk yang selalu berfikir (Homo Sapiens). Paham kognitifisme ini tumbuh akibat pemikiran-pemikiran kaum rasionalisme yang menyatakan bahwa manusia itu dapat berpikir lebih baik dari makhluk hidup lainnya.[3]
Psikologi kognitif adalah cabang psikologi yang mempelajari proses mental termasuk bagaimana orang berpikir, merasakan, mengingat, dan belajar. Sebagai bagian bidang ilmu kognitif yang lebih besar, cabang psikologi ini berhubungan dengan disiplin ilmu lain termasuk ilmu saraf, filsafat, dan linguistik.[4]
Psikologi kognitif adalah salah satu cabang dari psikologi umum dan mencakup studi ilmiah tentang gejala-gejala kehidupan mental/psikis sejauh berkaitan dengan cara manusia berpikir, seperti terwujud dalam memperoleh pengetahuan, mengolah aneka kesan yang masuk melalui penginderaan, menghadapi masalah/problem untuk mencari penyelesaian, serta mengali dari ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang dibutuhkan dalam menghadapi tuntutan hidup sehari-hari. kognitif ini khusus mempelajari gejala-gejala mental yang bersifat kognitif dan kait terkait dengan proses belajar mengajar di sekolah, terdapat hubungan yang erat dengan psikologi belajar, psikologi pendidikan dan psikologi pengajaran. Pengetahuan dan pemahaman tentang proses belajar tidak hanya menerangkan mengapa siswa berhasil dalam usahanya belajar, tetapi juga membantu untuk mencegah terjadi penyimpangan dalam proses itu dan, sekali terjadi kesalahan selama periode belajar, untuk mengoreksinya.[5]
 Psikologi kognitif adalah perspektif teoritis yang memfokuskan pada proses-proses mental yang mendasari pembelajaran dan perilaku.[6]

Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Namun lebih erat dari itu, belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.[7]
   Dalam teori belajar kognitif dinyatakan bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh “reward” dan “reinforcement”.  Mereka ini adalah para ahli jiwa aliran kognitifis.Menurut pendapat mereka, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku itu terjadi.[8]
 Berdasarkan penjelasan dari berbagai pendapat dari ahli-ahli di atas maka menurut saya teori belajar menurut aliran psikologi-psikologi kognitif adalah suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri dan ini merupakan teori belajar yang melibatkan pola pikir siswa dalam proses belajar.
Pada model belajar kognitif adalah suatu bentuk teori belajar yang sering disebut dengan model perseptual. Belajar kognitif menyatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh pandangan serta pemahamannya mengenai situasi yang berhubungan dengan tujuan belajar mereka.Belajar adalah perubahan pandangan dan pemahaman yang tidak selalu bisa terlihat sebagai perilaku yang terlihat.
Menurut perspektif psikologi kognitif, belajar pada asasnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmaniah) meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap peristiwa belajar siswa. Secara lahiriah, seorang anak yang sedang belajar membaca dan menulis, misalnya, tentu menggunakan perangkat jasmaniah (dalam hal ini mulut dan tangan) untuk mengucapkan kata dan menggoreskan pena. Akan tetapi, perilaku mengucapkan kata-kata dan menggoreskan pena yang dilakukan anak tersebut bukan semata-mata respons atas stimulus (rangsangan) yang ada, melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya.
Psikologi kognitif adalah perspektif teoritis yang memfokuskan pada proses-proses mental yang mendasari pembelajaran dan perilaku.Gredler menyatakan bahwa Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Namun lebih erat dari itu, belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Psikologi kognitif berfokus menggali sebagai spesifikasi dari otak manusia tersebut.Kognisi adalah suatu perabot dalam benak manusia sebagai pusat penggerak berbagai aktivitas untuk mengenali lingkungan, melihat berbagai masalah, menganalisa beragam masalah, mencari informasi baru, menarik kesimpulan.
Aliran kognitif adalah suatu proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan pengetahuan, maka dengan itu sebuah perilaku yang tampak tidak dapat diukur, diamati tanpa melihat proses mentalnya, seperti :
a.         motivasi.
b.         Kesengajaan.
c.         keyakinan dan sebagainya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa psikologi kognitif adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang proses mental yang aktif untuk memperoleh informasi untuk akhirnya terjadinya perubahan tingkah laku. Berikut akan dibahas teori-teori belajar yang ada dalam psikologi kognitif.[9]
B.     Tokoh-tokoh dalam aliran kognitif
     Mencakup tokoh-tokoh aliran kognitif, kekurangan dan kelebihannya
1.      Tokoh-tokoh aliran kognitif
Ada beberapa tokoh yang mengemukakan aliran kognitif yaitu:
a.       Piaget
Jean Piaget merupakan seorang psikologi pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme sedangkan teori pengetahuannya dikenal dengan teori adaptasi kognitif.[10]
Ada lima konsep utama dalam teori Piaget ini, yakni intelegensi (ciri bawaan yang dinamis berupa tindakan cerdas yang membawa manusia secara optimal pada kelangsungan hidup organisme), skemata (potensi untuk bergerak dengan cara tertentu atau untuk berperilaku tertentu), asimilasi (pencocokan atau penyesuaian antara struktur kognitif dengan lingkungan fisik) dan akomodasi (penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru), ekuilibrasi (penyeimbangan dari asimilasi dan akomodasi atau mengorganisasikan antara pengalaman dengan lingkungan), dan interiorisasi (proses penurunan ketergantungan pada lingkungan fisik menuju tahap kognitif).[11]
Jean Piaget mengemukakan tahap-tahap yang harus dilalui seorang anak dalam mencapai tingkatan perkembangan proses berpikir formal, yaitu:
1)      Tahap Sensori Motor ( usia 0 – 2 tahun ).
2)      Tahap Pra-Operasi (usia 2 – 6 tahun).
3)      Tahap Operasi Konkrit ( usia 6 – 12 tahun).
4)      Tahap Operasi Formal (usia 12 tahun keatas).
Dari seluruh penjelasan di atas, Piaget jelas berpendapat bahwa pengalaman pendidikan anak harus dibangun. Pendidikan yang optimal membutuhkan pengalaman yang menantang bagi si pembelajar sehingga proses asimilasi dan akomodasi dapat menghasilkan pertumbuhan intelektual.
Teori Piaget dapat diterapkan dalam pembelajaran dengan cara:
1)   Gunakan pendekatan konstruktivis. Senada dengan pandangan aliran konstruktivis, Piaget menekankan bahwa anak-anak akan belajar dengan lebih baik jika mereka aktif dan mencari solusi sendiri.
2)   Fasilitasi mereka untuk belajar. Guru yang efektif harus merancang situasi
3)   yang membuat murid belajar dengan bertindak.Pertimbangkan pengetahuan dan tingkat pemikiran anak. Murid tidak datang ke sekolah dengan kepala kosong. Mereka punya banyak gagasan tentang dunia fisik dan alam.
4)   Gunakan penilaian terus-menerus. Makna yang disusun oleh individu tidak dapat diukur dengan tes standar. Penilaian matematika dan bahasa (yang menilai kemajuan dan hasil akhir), pertemuan individual di mana murid mendiskusikan strategi pemikiran mereka, dan penjelasan lisan dan tertulis oleh murid tentang penalaran mereka dapat dipakai sebagai alat untuk mengevaluasi kemajuan mereka.
5)   Tingkatkan kemampuan intelektual murid. Menurut Piaget tingkat perkembangan kemampuan intelektual murid berkembang secara alamiah. Anak tidak boleh didesak dan ditekan untuk berprestasi terlalu banyak di awal perkembangan mereka sebelum mereka siap.
6)   Jadikan ruang kelas menjadi eksplorasi dan penemuan. Guru menekankan agar murid melakukan eksplorasi dan menemukan kesimpulan sendiri. Guru lebih banyak mengamati minat murid dan partisipasi alamiah dalam aktivitas mereka untuk menentukan pelajaran apa yang diberikan.[12]
    Tiga prinsip utama pembelajaran yang dikemukakan Jean Piaget, antara lain:
1)   Belajar aktif
Proses pembelajaran adalah proses aktif, karena pengetahuan terbentuk dari dalam subyek belajar. Untuk membantu perkembangan kognitif anak, kepadanya perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri, misalnya: melakukan percobaan sendiri; memanipulasi symbol-simbol; mengajukan pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri; membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan temannya.
2)   Belajar lewat interaksi sosial
      Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi di antara subyek belajar. Menurut Piaget belajar bersama baik dengan teman sebaya maupun orang yang lebih dewasa akan membantu perkembangan kognitif mereka. Karena tanpa kebersamaan kognitif akan berkembang dengan sifat egosentrisnya. Dan dengan kebersamaan khasanah kognitif anak akan semakin beragam. Hal ini memperkuat pendapat dari JL.Mursell.
3)      Belajar lewat pengalaman sendiri
     Dengan menggunakan pengalaman nyata maka perkembangan kognitif seseorang akan lebih baik daripada hanya menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Berbahasa sangat penting untuk berkomunikasi namun jika tidak diikuti oleh penerapan dan pengalaman maka perkembangan kognitif seseorang akan cenderung mengarah ke verbalisme.
       Jadi jelaslah sudah bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.[13]
         Menurut jean piaget (1975) salah seorang penganut aliran kognitif yang kuat, bahwa proses sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni :
1)      asimilasi adalah proses penyatuan (pengitegrasian) impormasi baru terhadap kognitif yang sudah ada dalam bentuk siswa.
2)      akomodasi adalah penyesuian struktur kognitif kedalam situasi yang baru.
3)      Equilibras ( penyimbangan ) adalah penyesuian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.[14]
b.      Ausubel
Selama ini masih banyak yang menekankan belajar asosiatif atau belajar menghafal, ini tidak akan banyak maknanya untuk siswa dan seharusnya belajar itu merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa, dimana materi yang dipelajari diasimilasikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif (struktur organisasional). Seseorang yang mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah kedalam suatu unit konseptual.
Ausubel mengemukakan bahwa Teori kognitif banyak memusatkan perhatian pada konsepsi, bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Ausubel mengembangkan penerapan konsepsi tentang struktur kognitif didalam merancang pembelajaran yang disebutkannya Advance Organizers. Penggunaan advance Organizers sebagai kerangka isi akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru. Jika ditata dengan baik advance organizers akan memudahkan siswa mempelajari pelajaran yang baru dan hubungannya dengan materi yagn telah dipelajarannya. Para pakar teori kognitif mengembangkannya yang disebut dengan schemata berfungsi dalam pengintegrasian unsur-unsur pengetahuan yang terpisah. Schemata memiliki fungsi ganda, yaitu:
1)   Sebagai skema yang menggambarkan dan merepresentasikan organisasi pengetahuan.
2)   Sebagai kerangka dan tempat untuk mengkaitkan/mencantolkan pengetahuan baru.
      David Ausubel mengidentifikasikan empat kemungkinan tipe belajar, yaitu :
1)   Belajar dengan penemuan yang bermakna,
2)   Belajar dengan ceramah yang bermakna,
3)   Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, dan
4)   Belajar dengan menghafal berlawanan dengan bermakna, karena belajar dengan menghafal, peserta didik tidak dapat mengaitkan informasi yang diperoleh itu dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Dengan demikian bahwa belajar itu akan lebih berhasil jika materi yang dipelajari bermakna.[15]
Menurut ausubel ( 1968 ), siswa akan belajar dengan baik jika apa yang disebut “pengatur kemajuan (belajar)” didifinisikan dan dipersentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa. pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa.
Ausubel dapat memberikan tiga macam manfaat, yakni
1)   Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan di pelajari oleh siswa.
2)   Dapat berfungsi sebagai jambatan yang menghubungkan antara apa yang sedang di pelajari siswa “ saat ini “ dengan apa yang akan dipelajari siswa; sedemikian rupa sehingga.
3)   Mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.
c.       Bruner
Bruner ( 1960 ) mengusulkan tiorinya yang disebut free discovery learning. menurut tiori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan, ( termasuk konsep, teori, difinisi, dan sebagainya ) melalu contoh-contohnya yang menggambarkan aturan yang menjadi sumbernya dengan kata lain, siswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum. untuk memahami konsep kejujuran, misalnya, siswa pertama-tama tidak menghafal difinisi kata kejujuran. dari contoh-contoh itulah siswa dibimbing untuk mendifinisikan kata “ kejujuran”.[16]
d.      Teori Belajar Robert Gagne
Teori belajar Gagne menyatakan bahwa perkembangan sebagian besar bergantung pada peristiwa yang disebut dengan belajar. Menurut Gagne keterampilan, apresiasi dan penalaran manusia dengan semua variasinya, juga harapan, aspirasi, sikap dan nilai-nilai manusia merupakan peristiwa belajar.
Tiga prinsip dari pembelajaran yang efektif menurut Gagne dalam tugas latihan adalah:
1)   Memberikan pembelajaran mengenai seperangkat tugas-tugas komponen yang diarahkan untuk membangun tugas akhir,
2)   Memastikan bahwa setiap tugas komponen dikuasai, dan
3)   Sekuensi tugas komponen untuk memastikan transfer yang optimal ke tugas lain.
     Proses kognitif dan pembelajaran menurut Gagne adalah adanya transfer belajar, keterampilan cara belajar, dan pengajaran pemecahan masalah. Jadi, implikasinya bagi belajar dan pembelajaran adalah menggunakan metode belajar problem solving, adanya perbedaan individu mengharuskan guru memahami konsep perubahan individu dan pembelajarannya
e.    Teori Kognitif menurut Jerome Bruner
Menurut Jerome Brunner, pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar mahasiswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya. Dari sudut pandang psikologi kognitif, bahwa cara yang dipandang efektif untuk meningkatkan kualitas output pendidikan adalah pengembangan program-program pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual pembelajar pada setiap jenjang belajar.
Sebagaimana direkomendasikan Merril, bahwa jenjang belajar bergerak dari tahapan mengingat, dilanjutkan ke menerapkan, sampai pada tahap penemuan konsep, prosedur atau prinsip baru di bidang disiplin keilmuan atau keahlian yang sedang dipelajari.
Dalam teori belajar, Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap, yaitu :
1)   Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman bar
2)   Tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta mentransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan
3)   Tahap evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak.
Jerome Bruner mempermasalahkan seberapa banyak informasi itu diperlukan agar dapat ditransformasikan. Perlu ketahui, tidak hanya itu saja namun juga ada empat tema pendidikan yaitu :
1)      Mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan, Kesiapan (readiness) siswa untuk belajar,
2)      Nilai intuisi dalam proses pendidikan,
3)      Motivasi atau keinginan untuk belajar siswa, dan curu untuk memotivasinya.
     Dengan demikian Jerome Bruner menegaskan bahwa mata pelajaran apapun dapat diajarkan secara efektif dengan kejujuran intelektual kepada anak, bahkan dalam tahap perkembangan manapun.
    Teori belajar kognitif menurut Jerome Bruner dapat disimpulkan, bahwa dalam proses belajar terdapat tiga tahap, yaitu informasi, trasformasi, dan evaluasi. Lama tidaknya masing-masing tahap dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain banyak informasi, motivasi, dan minat siswa.
    Jerome Bruner juga memandang belajar sebagai “instrumental conceptualisme” yang mengandung makna adanya alam semesta sebagai  realita, hanya dalam pikiran manusia. Oleh karena itu, pikiran manusia dapat membangun gambaran mental yang sesuai dengan pikiran umum pada konsep yang bersifat khusus. Semakin bertambah dewasa kemampuan kognitif seseorang, maka semakin bebas seseorang memberikan respon terhadap stimulus yang dihadapi.Peranan guru menurut psikologi kognitif ialah bagaimana dapat mengembangkan potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik. Jika potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik telah dapat berfungsi dan menjadi aktual oleh  proses pendidikan di sekolah, maka peserta didik akan mengetahui dan memahami serta menguasai materi pelajaran yang dipelajari di sekolah melalui proses belajar mengajar di kelas.
f.       Teori Belajar Kognitif Gestalt oleh Merx Wertheimer
Teori kognitif yang juga sering dijadikan acuan adalah teori Gestalt.  Peletak dasar teori Gestalt adalah Merx Wertheimer (1880-1943) yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Menurut pandangan Gestalt  semua kegiatan belajar menggunakan pemahaman terhadap hubungan-hubungan, terutama hubungan antara bagian dan keseluruhan.  Intinya, menurutnya tingkat kejelasan dan keberartian dari apa yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan kemampuan belajar seseorang dari pada hukuman dan ganjaran.
Teori belajar Cognitive-field ini menaruh perhatian pada kepribadian dan pisikologi social.Belajar langsung sebagai akibat dari perubahan dalam Struktur   kognitif.Tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan baik dari diri individu. Kurt Lewin mengkaji perilaku social melalui pendekatan konsep ‘ medan’ atau ‘field atau ‘ruang kehidupan’ – like space.  Kurt Lewin merumuskan perilaku sebagai B = f  (P,E) dimana B,P dan E, ini  adalah Behavior (pelaku), Person (individu) dan Environment (lingkungan). Perilaku yang tidak memperhitungkan situasi tidaklah lengkap. Bagi Kurt Levin pemahaman atas perilaku harus selalu dikaitkan dengan konteks, intinya teori medan berupaya menguraikan bagaimana situasi yang ada (field). Dalam psikologi eksistensi unsure tidak bisa terlepas dari satu sama lain, misalnya seseorang yang agresif karena berada dalam lingkungan yang agesif. Ciri-ciri utama teori medan Lewin adalah :
1)      Tingkah laku merupakan suatu fungsi dari medan yang ada ketika tingkah laku itu terjadi.
2)      Analisis mulai dari situasi keseluruhan dari mana komponen-komponen dipisahkan.
3)      Orang yang kongkrit dalam situasi yang kongkrit dapat digambarkan secara matematis.
g.      Teori Konstruktivisme Sosial Lev
Teori ini muncul akibat dari keprihatinan kepada perubahan kehidupan masyarakat dengan problem social, aliran pendidikan yang ada kurang dapat menjawab masalah-masalah social yang terjadi. Untuk itu perlu pendekatan konstruktivisme Vygotsky yang berasumsi bahwa  belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan social dan fisik. Teori ini mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar social budaya dan sejarahnya atau asal-usul tindakan sadarnya yang dilatari oleh sejarah hidupnya.Anak-anak tersebut memperoleh pengetahuan atau keterampilan dari interaksi social sehari-hari yang terlibat secara aktif.
Dimensi kesadaran social bersifat primer sedangkan dimensi individualnya bersifat derivate (turunan).Jadi perkembangan kognitif seseorang ditentukan diri sendiri dan lingkungan social yang aktif.
 Teori perkembangan Vygotsky adalah teori perkembangan biolosgs dan kultural historis. Selanjutnya teori perkembangan kognitif yang disampaikan oleh Vygotsky, dalam tiga teori, yaitu:
1)      keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan secara developmental;
2)      kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus, yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransofrmasi aktivitas mental; dan
3)      kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang sosiokultural.
 Strategi yang dapat digunakan dalam mengimplikasikan teori belajar Vygotsky adalah: a) menunjukkan contoh pemecahan soal dan mengamati pakah anak dapat meniru contoh itu; b) memulai memecahkan soal dan menyuruh anak untuk menyelesaikan solusi; c) meminta anak untuk bekerjasama engan anak yang lebih maju dalam memecahkan soal itu; atau d) menjelaskan proses penyelesaian soal kepada anak, mengajukan pertanyaan, menganalisis sosal untuk anak, dan sebagainya.[17] Bentuk-bentuk pembelajaran kooperatif, kalaboratif dan kontekstual sangat tepat diterapkan. Dan para tokoh-tokoh lainya yaitu; thordike, Watson, clark l , hull, Edwin Guthrie, Skinner
2.    kelebihan belajar tiori kognitif
a.       menjadi siswa lebih kreatif dan mandiri.
b.      membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
3.    kekurangan belajar tiori kognitif
a.       teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan
b.      sulit dipraktikkan khususnya ditingkat kelanjutan
c.       beberapa prinsip seperti, intelejensi sulit dipahami dan pemahamanya masih belum tuntas[18]
C.     Ciri Aliran Kognitif
Adapun ciri-ciri aliran kognitif adalah
1.    mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
2.    mementingkan keseluruhan daripada bagian-bagian
3.    mementingkan peranan kognitif
4.    mementingkan kondisi waktu sekarang
5.    mementingkan pembentukan struktur kognitif
6.    mengutamakan keseimbangan dalam dirimanusia
7.    mengutamakan insight (pengertian, pemahaman)
D.    Implikasi Teori Belajar Kognitif
     Adapun Implikasi teori psikologi kognitif dalam proses pembelajaran adalah:
1.    Dorong siswa untuk berpikir tentang materi pelajaran dengan cara yang akan membantu mereka mengingatnya. Contoh ketika mengenalkan konsep mamalia, minta siswa untuk memberikan banyak contoh.
2.    Bantu siswa mengindentifikasi hal-hal yang paling penting bagi mereka untuk dipelajari. Contoh berikan pertanyaan kepada siswa yang harus mereka coba jawab sementara mereka membaca buku teks mereka. Masukkan pertanyaan yang meminta mereka menerapkan apa yang mereka baca dalam kehidupan mereka sendiri.
3.    Berikan pengalaman yang akan membantu siswa memahami topik-topik yang mereka pelajari. Ketika mempelajari The Scarlett Letter karya Nathaniel Hawthorne, bagilah siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk membahas kemungkinan alasan Pendeta Arthur Dimmesdale menolak mengakui bahwa ia adalah ayah bayi Hester Prynne.
4.    Kaitkan ide-ide baru dengan hal-hal yang telah diketahui dan diyakini siswa tentang dunia. Contoh Ketika mengenalkan kosa kata debut kepada siswa-siswa Meksiko-Amerika, kaitkan dengan quinceanera, sebuah pesta “memperkenalkan kepada masyarakat (coming-out party)” yang dilakukan banyak keluarga Meksiko-Amerika untuk anak-anak perempuan mereka yang menginjak usia 15 tahun.
5.    Pertimbangkan kelebihan dan keterbatasan dalam kemampuan pemrosesan kognitif siswa pada tingkat usia berbeda. Contoh Ketika mengajarkan anak-anak TK keterampilan hitung dasar, bantulah rentang perhatian mereka yang pendek dengan memberikan penjelasan verbal yang singkat dan libatkan anak-anak dalam beragam aktivitas berhitung aktif dan langsung.
6.    Rencanakan kegiatan-kegiatan kelas yang membuat siswa secara aktif berpikir dan menggunakan mata pelajaran di kelas. Contoh untuk membantu siswa memahami garis lintang dan garis bujur, minta mereka menelusuri jalur sebuah angin topan dengan menggunakan koordinat garis lintang dan garis bujur yang diperoleh dari internet.[19]

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Teori pembelajaran kognitif merupakan teori pembelajaran yang lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. bagi penganutan aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons namun lebih dari itu, belajar melibatkan poreses berpikir yang sangat kompleks. tiori ini sangat erat berhubungan dangan tiori sibernetik. Psikologi kognitif adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang proses mental yang aktif untuk memperoleh informasi untuk akhirnya terjadinya perubahan tingkah laku.
Aliran kognitif adalah suatu proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan pengetahuan, maka dengan itu sebuah perilaku yang tampak tidak dapat diukur, diamati tanpa melihat proses mentalnya, seperti : motivasi, kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.
Tokoh-tokoh aliran kognitif yaitu piaget, ausubel, bruner, Robert Gagne, jerome bruner, Merx Wertheimer, thordike, Watson, clark l , hull, Edwin Guthrie, Skinner
Ciri-ciri aliran kognitif yaitu mementingkan apa yang ada dalam diri manusia, mementingkan keseluruhan daripada bagian-bagian, mementingkan peranan kognitif, mementingkan kondisi waktu sekarang, mementingkan pembentukan struktur kognitif, mengutamakan keseimbangan dalam dirimanusia, dan mengutamakan insight (pengertian, pemahaman)

DAFTAR PUSTAKA

Dalyono, M. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka
Danim, Sudarwan dan Khairil. 2010. Pengantar Kependidikan. Cetakan Pertama.
        Bandung : CV. Alfabeta.
Dr. Hamzah, bumi aksara, pisikologi pembelajaran, ( Jakarta: jl.sawo raya 2006 )
Gredler, Margaret E. 2011. Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi: Edisi
        Keenam. Alih Bahasa oleh Tri Bowo B.S. Jakarta: Kencana.   
Hergenhahn, B. R. Theories of Learning (Teori Belajar) dialih bahasakann oleh
       Tri Wibowo B.S. Jakarta: Prenana Media Grup.
Ormrod, Jeanne Ellis. 2009. Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh dan
        Berkembang. Edisi Keenam. Alih Bahasa: Wahyu Indianti, dkk. Jakarta:
        Penerbit Erlangga.
Solso, Robert L.,dkk.  2008. Psikologi Kognitif. Edisi Kedelapan. Alih Bahasa:
        Mikael
Winkel, W.S. 2007.Psikologi Pengajaran. Cetakan Kesepuluh. Yogyakarta:
        Media Abadi.










3 komentar:

  1. sangat bermanfaat sekali infonya
    http://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fbabeyudi.wordpress.com

    BalasHapus
  2. Terimakasih banyak artikelnya sangat bermanfaat!!!

    BalasHapus
  3. sangat bermanfaat sekali
    http://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fimamsolikin.wordpress.com

    BalasHapus