PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
TENTANG
ALIRAN PSIKOLOGI KOGNITIF
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Teori yang melandasi pendidikan
tersebut pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu Teoriasosiasi
yang berorientasi induktif artinya bahwa bangunan ilmu dalam pengembangan
pendidikan didasarkan atas unit-unit pengetahuan, sikap dan keterampilan
menjadi unit yang lebih universal dan general, aliran dalam teori ini adalah
aliran behaviorisme, atau lebih dikenal dengan aliran Stimulus-Respon
(S-R) yaitu aliran yang beranggapan bahwa pendidikan diarahkan pada
terciptakanya perilaku-perilaku baru pada peserta didik melalui stimus respon
yang diberikan selama proses pembelajaran berlangsung. Kemudian yang kedua
adalah teori lapangan (Field Theory) yang justru berbeda dengan teori
asisiasi, teori ini lebih mengarah pada deduktif, artinya pengetahuan itu
diperoleh dari sesuatu yang general dan holistik untuk menemukan
kebenaran-kebenaran dari unit-unit yang ada dalam pembelajaran tersebut. Teori
ini memiliki dua aliran yaitu kognitifisme dan humanism.
Pada bahasan makalah ini, penulis
hanya akan membicarakan tentang teori belajar menurut aliran psikologi kognitif
sebagaimana ulasan berikut ini.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
aliran kognitif?
2. Siapa
saja tokoh aliran kognitif?
3. Bagaimana
ciri-ciri aliran kognitif?
4. Bagaiman
implikasi psikolog kognitif dalam pendidikan?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui apa aliran kognitif
2. Untuk
mengetahui tokoh-tokoh aliran kognitif
3. Untuk
mengetahui ciri-ciri aliran kogitif
4. Mengetahui
apa saja impikasi psikolog kognitif dalam pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep
Dasar Psikologi Kognitif dan Aliran Psikologi Kognitif
Adapun
konsep dasar psikologi kognitif dan aliran psikologi kognitif yaitu sebagai
berikut :
1. Konsep Dasar Psikologi Kognitif
Teori pembelajaran kognitif merupakan teori
pembelajaran yang lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu
sendiri. bagi penganutan aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan
antara stimulus dan respons namun lebih dari itu, belajar melibatkan poreses
berpikir yang sangat kompleks. tiori ini sangat erat berhubungan dangan tiori
sibernetik.
Pada masa-masa awal diperkenalkannya teori
ini, para ahli mencoba menjelaskan bagai mana siswa mengolah stimulus, dan
bagaimana siswa tersebut bias sampai kerespons tertentu ( pengaruh aliran
tingkah laku masih terlihat disini ). namun, lambat laun perhatian ini mulai
bergenser. saat ini perhatian mereka terpusat pada peruses bagai mana suatu
ilmu yang baru bersimilunasi dengan ilmu yang sebelumnya telah dikuasai oleh
siswa. menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu
melalu proses intraksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. proses ini
tidak berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah, tetapi melalu proses yang
mengalir, bersambung-sambung, menyeluruh, ibarat seseoran yang memainkan musik,
orang ini tideak “memahami” not-not balok yang terpampang di partitur sebagai
impormasi yang yang saling lepas berdiri sendiri, tetapi sebagai satuan
kesatuan secara utuh masuk kepikiran dan perasaannya. tiori ini terwujud dalam
“tahap-tahap perkembangan” yang diusulkan oleh jean piget, “belajar bermakna” nya ausubel, dan belajar
penemuan secara bebas ( free discovery
learning ). oleh jereme bruner.[1]
2. Aliran
psikologi kognitif
Psikologi Kognitif merupakan cabang
ilmu yang mempelajari proses mental, bagaimana manusia berpikir, merasakan,
mengingat, belajar dimana otak akan menjalankan fungsi utamanya yang disebut
dengan berpikir. Dalam hal ini otak adalah sistem fisik dalam bekerja pada
batas hukum alam dan kekuatan sebab akibat, bisa menampung sebanyak-banyaknya,
apapun item yang masuk kedalam memorinya secara simultan. Kemampuan membedakan
hasil penginderaan, menghasilkan kemampuan lebih tinggi, membentuk kategori
konseptual.
Psikologi kognitif akan berusaha
untuk menggambarkan cara kerja pikiran dan membuat dunia lebih baik dari yang
seharusnya. Menurut teori kognitif belajar dan pembelajaran mengakui pentingnya
faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor lingkungan dalam
berintekrasi yang berjalan terus menerus sepanjang hayat.[2]
Psikologi kognitif adalah ilmu yang
menyelidiki pola pikir manusia. Psikologi kognitif membahas persepsi terhadap
informasi (Anda membaca pertanyaan), membahas pemahaman terhadap informasi (Anda
memahami inti pertanyaan tersebut), membahas alur pikiran (Anda menentukan
apakah anda mengetahui jawabannya atau tidak), dan membahas formulasi dan
produksi jawaban Anda.Kemudian psikologi kognitif dapat pula dipandang sebagai
studi terhadap proses-proses yang melandasi dinamika mental.Sesungguhnya,
psikologi kognitif meliputi segala hal yang kita lakukan.
Aliran kognitif mulai muncul pada
tahun 60-an sebagai gejala ketidakpuasan terhadap konsep manusia menurut
behaviorisme dan psikoanalisa. Gerakan ini tidak lagi memandang manusia sebagai
makhluk yang bereaksi secara pasif terhadap lingkungan, melainkan sebagai
makhluk yang selalu berfikir (Homo Sapiens). Paham kognitifisme ini tumbuh
akibat pemikiran-pemikiran kaum rasionalisme yang menyatakan bahwa manusia itu
dapat berpikir lebih baik dari makhluk hidup lainnya.[3]
Psikologi kognitif adalah cabang
psikologi yang mempelajari proses mental termasuk bagaimana orang berpikir,
merasakan, mengingat, dan belajar. Sebagai bagian bidang ilmu kognitif yang lebih
besar, cabang psikologi ini berhubungan dengan disiplin ilmu lain termasuk ilmu
saraf, filsafat, dan linguistik.[4]
Psikologi kognitif adalah salah satu
cabang dari psikologi umum dan mencakup studi ilmiah tentang gejala-gejala
kehidupan mental/psikis sejauh berkaitan dengan cara manusia berpikir, seperti
terwujud dalam memperoleh pengetahuan, mengolah aneka kesan yang masuk melalui
penginderaan, menghadapi masalah/problem untuk mencari penyelesaian, serta
mengali dari ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang dibutuhkan dalam
menghadapi tuntutan hidup sehari-hari. kognitif ini khusus mempelajari
gejala-gejala mental yang bersifat kognitif dan kait terkait dengan proses
belajar mengajar di sekolah, terdapat hubungan yang erat dengan psikologi
belajar, psikologi pendidikan dan psikologi pengajaran. Pengetahuan dan
pemahaman tentang proses belajar tidak hanya menerangkan mengapa siswa berhasil
dalam usahanya belajar, tetapi juga membantu untuk mencegah terjadi
penyimpangan dalam proses itu dan, sekali terjadi kesalahan selama periode
belajar, untuk mengoreksinya.[5]
Psikologi kognitif adalah perspektif teoritis
yang memfokuskan pada proses-proses mental yang mendasari pembelajaran dan
perilaku.[6]
Teori belajar kognitif merupakan
suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil
belajar itu sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respons. Namun lebih erat dari itu, belajar
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.[7]
Dalam teori belajar kognitif
dinyatakan bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh “reward” dan
“reinforcement”. Mereka ini adalah para ahli jiwa aliran
kognitifis.Menurut pendapat mereka, tingkah laku seseorang senantiasa
didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi di
mana tingkah laku itu terjadi.[8]
Berdasarkan penjelasan dari berbagai pendapat
dari ahli-ahli di atas maka menurut saya teori belajar menurut aliran
psikologi-psikologi kognitif adalah suatu teori belajar yang lebih mementingkan
proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri dan ini merupakan teori
belajar yang melibatkan pola pikir siswa dalam proses belajar.
Pada model belajar kognitif adalah
suatu bentuk teori belajar yang sering disebut dengan model perseptual. Belajar
kognitif menyatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh pandangan serta
pemahamannya mengenai situasi yang berhubungan dengan tujuan belajar
mereka.Belajar adalah perubahan pandangan dan pemahaman yang tidak selalu bisa
terlihat sebagai perilaku yang terlihat.
Menurut perspektif psikologi
kognitif, belajar pada asasnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa
behavioral (yang bersifat jasmaniah) meskipun hal-hal yang bersifat behavioral
tampak lebih nyata dalam hampir setiap peristiwa belajar siswa. Secara
lahiriah, seorang anak yang sedang belajar membaca dan menulis, misalnya, tentu
menggunakan perangkat jasmaniah (dalam hal ini mulut dan tangan) untuk
mengucapkan kata dan menggoreskan pena. Akan tetapi, perilaku mengucapkan kata-kata
dan menggoreskan pena yang dilakukan anak tersebut bukan semata-mata respons
atas stimulus (rangsangan) yang ada, melainkan yang lebih penting karena
dorongan mental yang diatur oleh otaknya.
Psikologi kognitif adalah perspektif
teoritis yang memfokuskan pada proses-proses mental yang mendasari pembelajaran
dan perilaku.Gredler menyatakan bahwa Teori belajar kognitif merupakan suatu
teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu
sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan
antara stimulus dan respons. Namun lebih erat dari itu, belajar melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks.
Psikologi kognitif berfokus menggali
sebagai spesifikasi dari otak manusia tersebut.Kognisi adalah suatu perabot
dalam benak manusia sebagai pusat penggerak berbagai aktivitas untuk mengenali
lingkungan, melihat berbagai masalah, menganalisa beragam masalah, mencari
informasi baru, menarik kesimpulan.
Aliran kognitif adalah suatu proses
mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan pengetahuan, maka
dengan itu sebuah perilaku yang tampak tidak dapat diukur, diamati tanpa
melihat proses mentalnya, seperti :
a.
motivasi.
b.
Kesengajaan.
c.
keyakinan dan sebagainya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa psikologi kognitif adalah
cabang ilmu yang mempelajari tentang proses mental yang aktif untuk memperoleh
informasi untuk akhirnya terjadinya perubahan tingkah laku. Berikut akan
dibahas teori-teori belajar yang ada dalam psikologi kognitif.[9]
B. Tokoh-tokoh dalam aliran kognitif
Mencakup tokoh-tokoh aliran kognitif,
kekurangan dan kelebihannya
1. Tokoh-tokoh aliran kognitif
Ada beberapa tokoh yang mengemukakan
aliran kognitif yaitu:
a. Piaget
Jean Piaget merupakan seorang psikologi pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme sedangkan teori pengetahuannya dikenal
dengan teori adaptasi kognitif.[10]
Ada lima konsep utama dalam teori
Piaget ini, yakni intelegensi (ciri bawaan yang dinamis berupa tindakan
cerdas yang membawa manusia secara optimal pada kelangsungan hidup organisme),
skemata (potensi untuk bergerak dengan cara tertentu atau untuk berperilaku
tertentu), asimilasi (pencocokan atau penyesuaian antara struktur
kognitif dengan lingkungan fisik) dan akomodasi (penyesuaian struktur
kognitif ke dalam situasi yang baru), ekuilibrasi (penyeimbangan dari
asimilasi dan akomodasi atau mengorganisasikan antara pengalaman dengan
lingkungan), dan interiorisasi (proses penurunan ketergantungan
pada lingkungan fisik menuju tahap kognitif).[11]
Jean Piaget mengemukakan tahap-tahap yang harus dilalui
seorang anak dalam mencapai tingkatan perkembangan proses berpikir formal,
yaitu:
1) Tahap
Sensori Motor ( usia 0 – 2 tahun ).
2) Tahap
Pra-Operasi (usia 2 – 6 tahun).
3) Tahap
Operasi Konkrit ( usia 6 – 12 tahun).
4) Tahap
Operasi Formal (usia 12 tahun keatas).
Dari seluruh penjelasan di atas, Piaget jelas berpendapat
bahwa pengalaman pendidikan anak harus dibangun. Pendidikan yang optimal
membutuhkan pengalaman yang menantang bagi si pembelajar sehingga proses
asimilasi dan akomodasi dapat menghasilkan pertumbuhan intelektual.
Teori Piaget dapat diterapkan dalam pembelajaran dengan
cara:
1) Gunakan
pendekatan konstruktivis. Senada dengan pandangan aliran konstruktivis, Piaget
menekankan bahwa anak-anak akan belajar dengan lebih baik jika mereka aktif dan
mencari solusi sendiri.
2) Fasilitasi
mereka untuk belajar. Guru yang efektif harus merancang situasi
3) yang
membuat murid belajar dengan bertindak.Pertimbangkan pengetahuan dan tingkat
pemikiran anak. Murid tidak datang ke sekolah dengan kepala kosong. Mereka
punya banyak gagasan tentang dunia fisik dan alam.
4) Gunakan
penilaian terus-menerus. Makna yang disusun oleh individu tidak dapat diukur
dengan tes standar. Penilaian matematika dan bahasa (yang menilai kemajuan dan
hasil akhir), pertemuan individual di mana murid mendiskusikan strategi
pemikiran mereka, dan penjelasan lisan dan tertulis oleh murid tentang
penalaran mereka dapat dipakai sebagai alat untuk mengevaluasi kemajuan mereka.
5) Tingkatkan
kemampuan intelektual murid. Menurut Piaget tingkat perkembangan kemampuan
intelektual murid berkembang secara alamiah. Anak tidak boleh didesak dan
ditekan untuk berprestasi terlalu banyak di awal perkembangan mereka sebelum
mereka siap.
6) Jadikan
ruang kelas menjadi eksplorasi dan penemuan. Guru menekankan agar murid
melakukan eksplorasi dan menemukan kesimpulan sendiri. Guru lebih banyak
mengamati minat murid dan partisipasi alamiah dalam aktivitas mereka untuk
menentukan pelajaran apa yang diberikan.[12]
Tiga prinsip utama pembelajaran yang
dikemukakan Jean Piaget, antara lain:
1) Belajar
aktif
Proses pembelajaran adalah proses
aktif, karena pengetahuan terbentuk dari dalam subyek belajar. Untuk membantu
perkembangan kognitif anak, kepadanya perlu diciptakan suatu kondisi belajar
yang memungkinkan anak belajar sendiri, misalnya: melakukan percobaan sendiri;
memanipulasi symbol-simbol; mengajukan pertanyaan dan mencari jawabannya
sendiri; membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan temannya.
2) Belajar
lewat interaksi sosial
Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadinya
interaksi di antara subyek belajar. Menurut Piaget belajar bersama baik dengan
teman sebaya maupun orang yang lebih dewasa akan membantu perkembangan kognitif
mereka. Karena tanpa kebersamaan kognitif akan berkembang dengan sifat
egosentrisnya. Dan dengan kebersamaan khasanah kognitif anak akan semakin
beragam. Hal ini memperkuat pendapat dari JL.Mursell.
3) Belajar
lewat pengalaman sendiri
Dengan menggunakan pengalaman nyata maka perkembangan kognitif seseorang
akan lebih baik daripada hanya menggunakan bahasa untuk berkomunikasi.
Berbahasa sangat penting untuk berkomunikasi namun jika tidak diikuti oleh
penerapan dan pengalaman maka perkembangan kognitif seseorang akan cenderung
mengarah ke verbalisme.
Jadi
jelaslah sudah bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan
tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi
kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh
interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru.
Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal
dari lingkungan.[13]
Menurut jean
piaget (1975) salah seorang penganut aliran kognitif yang kuat, bahwa proses
sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni :
1) asimilasi adalah proses penyatuan
(pengitegrasian) impormasi baru terhadap kognitif yang sudah ada dalam bentuk
siswa.
2) akomodasi adalah penyesuian struktur
kognitif kedalam situasi yang baru.
3) Equilibras ( penyimbangan ) adalah
penyesuian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.[14]
b. Ausubel
Selama ini masih banyak yang
menekankan belajar asosiatif atau belajar menghafal, ini tidak akan banyak
maknanya untuk siswa dan seharusnya belajar itu merupakan asimilasi yang
bermakna bagi siswa, dimana materi yang dipelajari diasimilasikan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif (struktur
organisasional). Seseorang yang mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang
terpisah-pisah kedalam suatu unit konseptual.
Ausubel mengemukakan bahwa Teori
kognitif banyak memusatkan perhatian pada konsepsi, bahwa perolehan dan retensi
pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki
siswa. Ausubel mengembangkan penerapan konsepsi tentang struktur kognitif
didalam merancang pembelajaran yang disebutkannya Advance Organizers.
Penggunaan advance Organizers sebagai kerangka isi akan dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru. Jika ditata dengan baik
advance organizers akan memudahkan siswa mempelajari pelajaran yang baru dan
hubungannya dengan materi yagn telah dipelajarannya. Para pakar teori kognitif
mengembangkannya yang disebut dengan schemata berfungsi dalam pengintegrasian
unsur-unsur pengetahuan yang terpisah. Schemata memiliki fungsi ganda, yaitu:
1) Sebagai
skema yang menggambarkan dan merepresentasikan organisasi pengetahuan.
2) Sebagai
kerangka dan tempat untuk mengkaitkan/mencantolkan pengetahuan baru.
David Ausubel
mengidentifikasikan empat kemungkinan tipe belajar, yaitu :
1) Belajar
dengan penemuan yang bermakna,
2) Belajar
dengan ceramah yang bermakna,
3) Belajar
dengan penemuan yang tidak bermakna, dan
4) Belajar
dengan menghafal berlawanan dengan bermakna, karena belajar dengan menghafal,
peserta didik tidak dapat mengaitkan informasi yang diperoleh itu dengan
pengetahuan yang telah dimilikinya. Dengan demikian bahwa belajar itu akan
lebih berhasil jika materi yang dipelajari bermakna.[15]
Menurut ausubel ( 1968
), siswa akan belajar dengan baik jika apa yang disebut “pengatur kemajuan
(belajar)” didifinisikan dan dipersentasikan dengan baik dan tepat kepada
siswa. pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang
mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa.
Ausubel dapat
memberikan tiga macam manfaat, yakni
1) Dapat menyediakan suatu kerangka
konseptual untuk materi yang akan di pelajari oleh siswa.
2) Dapat berfungsi sebagai jambatan yang
menghubungkan antara apa yang sedang di pelajari siswa “ saat ini “ dengan apa
yang akan dipelajari siswa; sedemikian rupa sehingga.
3) Mampu membantu siswa untuk memahami
bahan belajar secara lebih mudah.
c. Bruner
Bruner ( 1960 ) mengusulkan tiorinya
yang disebut free discovery learning. menurut
tiori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan, ( termasuk
konsep, teori, difinisi, dan sebagainya ) melalu contoh-contohnya yang
menggambarkan aturan yang menjadi sumbernya dengan kata lain, siswa dibimbing
secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum. untuk memahami konsep
kejujuran, misalnya, siswa pertama-tama tidak menghafal difinisi kata
kejujuran. dari contoh-contoh itulah siswa dibimbing untuk mendifinisikan kata
“ kejujuran”.[16]
d. Teori Belajar Robert Gagne
Teori
belajar Gagne menyatakan bahwa perkembangan sebagian besar bergantung pada
peristiwa yang disebut dengan belajar. Menurut Gagne keterampilan, apresiasi
dan penalaran manusia dengan semua variasinya, juga harapan, aspirasi, sikap
dan nilai-nilai manusia merupakan peristiwa belajar.
Tiga
prinsip dari pembelajaran yang efektif menurut Gagne dalam tugas latihan
adalah:
1) Memberikan
pembelajaran mengenai seperangkat tugas-tugas komponen yang diarahkan untuk
membangun tugas akhir,
2) Memastikan
bahwa setiap tugas komponen dikuasai, dan
3) Sekuensi
tugas komponen untuk memastikan transfer yang optimal ke tugas lain.
Proses kognitif
dan pembelajaran menurut Gagne adalah adanya transfer belajar, keterampilan
cara belajar, dan pengajaran pemecahan masalah. Jadi, implikasinya bagi belajar
dan pembelajaran adalah menggunakan metode belajar problem solving, adanya
perbedaan individu mengharuskan guru memahami konsep perubahan individu dan
pembelajarannya
e. Teori Kognitif menurut Jerome Bruner
Menurut Jerome Brunner, pembelajaran
hendaknya dapat menciptakan situasi agar mahasiswa dapat belajar dari diri
sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan
kemampuan baru yang khas baginya. Dari sudut pandang psikologi kognitif, bahwa
cara yang dipandang efektif untuk meningkatkan kualitas output pendidikan
adalah pengembangan program-program pembelajaran yang dapat mengoptimalkan
keterlibatan mental intelektual pembelajar pada setiap jenjang belajar.
Sebagaimana direkomendasikan Merril,
bahwa jenjang belajar bergerak dari tahapan mengingat, dilanjutkan ke
menerapkan, sampai pada tahap penemuan konsep, prosedur atau prinsip baru di
bidang disiplin keilmuan atau keahlian yang sedang dipelajari.
Dalam teori belajar, Jerome Bruner
berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa
dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini
Bruner membedakan menjadi tiga tahap, yaitu :
1) Tahap
informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman bar
2) Tahap
transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru
serta mentransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk
hal-hal yang lain, dan
3) Tahap
evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi
benar atau tidak.
Jerome Bruner mempermasalahkan seberapa banyak informasi itu
diperlukan agar dapat ditransformasikan. Perlu ketahui, tidak hanya itu saja
namun juga ada empat tema pendidikan yaitu :
1) Mengemukakan
pentingnya arti struktur pengetahuan, Kesiapan (readiness) siswa untuk
belajar,
2) Nilai
intuisi dalam proses pendidikan,
3) Motivasi
atau keinginan untuk belajar siswa, dan curu untuk memotivasinya.
Dengan demikian Jerome Bruner menegaskan
bahwa mata pelajaran apapun dapat diajarkan secara efektif dengan kejujuran
intelektual kepada anak, bahkan dalam tahap perkembangan manapun.
Teori belajar kognitif menurut Jerome
Bruner dapat disimpulkan, bahwa dalam proses belajar terdapat tiga tahap, yaitu
informasi, trasformasi, dan evaluasi. Lama tidaknya masing-masing tahap
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain banyak informasi, motivasi, dan
minat siswa.
Jerome Bruner juga memandang belajar
sebagai “instrumental conceptualisme” yang mengandung makna adanya alam
semesta sebagai realita, hanya dalam pikiran manusia. Oleh karena itu,
pikiran manusia dapat membangun gambaran mental yang sesuai dengan pikiran umum
pada konsep yang bersifat khusus. Semakin bertambah dewasa kemampuan kognitif
seseorang, maka semakin bebas seseorang memberikan respon terhadap stimulus
yang dihadapi.Peranan guru menurut psikologi kognitif ialah bagaimana dapat
mengembangkan potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik. Jika potensi
kognitif yang ada pada setiap peserta didik telah dapat berfungsi dan menjadi
aktual oleh proses pendidikan di sekolah, maka peserta didik akan
mengetahui dan memahami serta menguasai materi pelajaran yang dipelajari di
sekolah melalui proses belajar mengajar di kelas.
f. Teori Belajar Kognitif Gestalt oleh Merx Wertheimer
Teori kognitif yang juga sering
dijadikan acuan adalah teori Gestalt. Peletak dasar teori Gestalt adalah
Merx Wertheimer (1880-1943) yang meneliti tentang pengamatan dan problem
solving. Menurut pandangan Gestalt semua kegiatan belajar menggunakan
pemahaman terhadap hubungan-hubungan, terutama hubungan antara bagian dan
keseluruhan. Intinya, menurutnya tingkat kejelasan dan keberartian dari
apa yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan kemampuan
belajar seseorang dari pada hukuman dan ganjaran.
Teori belajar Cognitive-field ini
menaruh perhatian pada kepribadian dan pisikologi social.Belajar langsung
sebagai akibat dari perubahan dalam Struktur kognitif.Tingkah laku
merupakan hasil interaksi antar kekuatan baik dari diri individu. Kurt Lewin
mengkaji perilaku social melalui pendekatan konsep ‘ medan’ atau ‘field atau
‘ruang kehidupan’ – like space. Kurt Lewin merumuskan perilaku sebagai B
= f (P,E) dimana B,P dan E, ini adalah Behavior (pelaku), Person (individu)
dan Environment (lingkungan). Perilaku yang tidak memperhitungkan situasi
tidaklah lengkap. Bagi Kurt Levin pemahaman atas perilaku harus selalu
dikaitkan dengan konteks, intinya teori medan berupaya menguraikan bagaimana
situasi yang ada (field). Dalam psikologi eksistensi unsure tidak bisa terlepas
dari satu sama lain, misalnya seseorang yang agresif karena berada dalam
lingkungan yang agesif. Ciri-ciri utama teori medan Lewin adalah :
1) Tingkah
laku merupakan suatu fungsi dari medan yang ada ketika tingkah laku itu
terjadi.
2) Analisis
mulai dari situasi keseluruhan dari mana komponen-komponen dipisahkan.
3) Orang
yang kongkrit dalam situasi yang kongkrit dapat digambarkan secara matematis.
g. Teori Konstruktivisme Sosial Lev
Teori ini muncul akibat dari
keprihatinan kepada perubahan kehidupan masyarakat dengan problem social,
aliran pendidikan yang ada kurang dapat menjawab masalah-masalah social yang
terjadi. Untuk itu perlu pendekatan konstruktivisme Vygotsky yang berasumsi
bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan
social dan fisik. Teori ini mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang harus
dimengerti dari latar social budaya dan sejarahnya atau asal-usul tindakan
sadarnya yang dilatari oleh sejarah hidupnya.Anak-anak tersebut memperoleh pengetahuan
atau keterampilan dari interaksi social sehari-hari yang terlibat secara aktif.
Dimensi kesadaran social bersifat
primer sedangkan dimensi individualnya bersifat derivate (turunan).Jadi
perkembangan kognitif seseorang ditentukan diri sendiri dan lingkungan social
yang aktif.
Teori perkembangan Vygotsky adalah teori
perkembangan biolosgs dan kultural historis. Selanjutnya teori perkembangan
kognitif yang disampaikan oleh Vygotsky, dalam tiga teori, yaitu:
1) keahlian
kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan secara
developmental;
2) kemampuan
kognitif dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus, yang berfungsi
sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransofrmasi aktivitas mental;
dan
3) kemampuan
kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang
sosiokultural.
Strategi yang dapat digunakan dalam
mengimplikasikan teori belajar Vygotsky adalah: a) menunjukkan contoh pemecahan
soal dan mengamati pakah anak dapat meniru contoh itu; b) memulai memecahkan
soal dan menyuruh anak untuk menyelesaikan solusi; c) meminta anak untuk
bekerjasama engan anak yang lebih maju dalam memecahkan soal itu; atau d)
menjelaskan proses penyelesaian soal kepada anak, mengajukan pertanyaan,
menganalisis sosal untuk anak, dan sebagainya.[17]
Bentuk-bentuk pembelajaran kooperatif, kalaboratif dan kontekstual sangat tepat
diterapkan. Dan para tokoh-tokoh lainya yaitu; thordike,
Watson, clark l ,
hull,
Edwin Guthrie, Skinner
2. kelebihan belajar tiori kognitif
a. menjadi siswa lebih kreatif dan mandiri.
b. membantu siswa memahami bahan belajar
secara lebih mudah
3. kekurangan
belajar tiori kognitif
a. teori tidak menyeluruh untuk semua
tingkat pendidikan
b. sulit dipraktikkan khususnya ditingkat
kelanjutan
c. beberapa prinsip seperti, intelejensi
sulit dipahami dan pemahamanya masih belum tuntas[18]
C. Ciri
Aliran Kognitif
Adapun
ciri-ciri aliran kognitif adalah
1. mementingkan
apa yang ada dalam diri manusia
2. mementingkan
keseluruhan daripada bagian-bagian
3. mementingkan
peranan kognitif
4. mementingkan
kondisi waktu sekarang
5. mementingkan
pembentukan struktur kognitif
6. mengutamakan
keseimbangan dalam dirimanusia
7. mengutamakan
insight (pengertian, pemahaman)
D. Implikasi
Teori Belajar Kognitif
Adapun Implikasi teori psikologi kognitif
dalam proses pembelajaran adalah:
1. Dorong
siswa untuk berpikir tentang materi pelajaran dengan cara yang akan membantu
mereka mengingatnya. Contoh ketika mengenalkan konsep mamalia, minta siswa
untuk memberikan banyak contoh.
2. Bantu
siswa mengindentifikasi hal-hal yang paling penting bagi mereka untuk
dipelajari. Contoh berikan pertanyaan kepada siswa yang harus mereka coba jawab
sementara mereka membaca buku teks mereka. Masukkan pertanyaan yang meminta
mereka menerapkan apa yang mereka baca dalam kehidupan mereka sendiri.
3. Berikan
pengalaman yang akan membantu siswa memahami topik-topik yang mereka pelajari.
Ketika mempelajari The Scarlett Letter karya Nathaniel Hawthorne,
bagilah siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk membahas kemungkinan alasan
Pendeta Arthur Dimmesdale menolak mengakui bahwa ia adalah ayah bayi Hester
Prynne.
4. Kaitkan
ide-ide baru dengan hal-hal yang telah diketahui dan diyakini siswa tentang
dunia. Contoh Ketika mengenalkan kosa kata debut kepada siswa-siswa Meksiko-Amerika,
kaitkan dengan quinceanera, sebuah pesta “memperkenalkan kepada
masyarakat (coming-out party)” yang dilakukan banyak keluarga
Meksiko-Amerika untuk anak-anak perempuan mereka yang menginjak usia 15 tahun.
5. Pertimbangkan
kelebihan dan keterbatasan dalam kemampuan pemrosesan kognitif siswa pada
tingkat usia berbeda. Contoh Ketika mengajarkan anak-anak TK keterampilan
hitung dasar, bantulah rentang perhatian mereka yang pendek dengan memberikan
penjelasan verbal yang singkat dan libatkan anak-anak dalam beragam aktivitas
berhitung aktif dan langsung.
6. Rencanakan
kegiatan-kegiatan kelas yang membuat siswa secara aktif berpikir dan
menggunakan mata pelajaran di kelas. Contoh untuk membantu siswa memahami garis
lintang dan garis bujur, minta mereka menelusuri jalur sebuah angin topan
dengan menggunakan koordinat garis lintang dan garis bujur yang diperoleh dari
internet.[19]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori
pembelajaran kognitif merupakan teori pembelajaran yang lebih mementingkan
proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. bagi penganutan aliran ini,
belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons namun
lebih dari itu, belajar melibatkan poreses berpikir yang sangat kompleks. tiori
ini sangat erat berhubungan dangan tiori sibernetik. Psikologi kognitif adalah cabang
ilmu yang mempelajari tentang proses mental yang aktif untuk memperoleh
informasi untuk akhirnya terjadinya perubahan tingkah laku.
Aliran kognitif adalah suatu proses
mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan pengetahuan, maka
dengan itu sebuah perilaku yang tampak tidak dapat diukur, diamati tanpa
melihat proses mentalnya, seperti : motivasi, kesengajaan, keyakinan dan
sebagainya.
Tokoh-tokoh aliran kognitif yaitu
piaget, ausubel, bruner, Robert Gagne, jerome bruner, Merx
Wertheimer, thordike, Watson, clark l , hull,
Edwin Guthrie, Skinner
Ciri-ciri
aliran kognitif yaitu mementingkan
apa yang ada dalam diri manusia, mementingkan keseluruhan daripada
bagian-bagian, mementingkan peranan kognitif, mementingkan kondisi waktu
sekarang, mementingkan pembentukan struktur kognitif, mengutamakan keseimbangan
dalam dirimanusia, dan mengutamakan insight (pengertian, pemahaman)
DAFTAR PUSTAKA
Dalyono, M. 2007. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: PT Rineka
Danim, Sudarwan dan Khairil. 2010. Pengantar
Kependidikan. Cetakan Pertama.
Bandung : CV. Alfabeta.
Dr.
Hamzah, bumi aksara, pisikologi
pembelajaran, ( Jakarta: jl.sawo raya 2006 )
Gredler, Margaret E. 2011. Learning
and Instruction: Teori dan Aplikasi: Edisi
Keenam. Alih Bahasa oleh Tri Bowo B.S. Jakarta:
Kencana.
Hergenhahn, B. R. Theories of
Learning (Teori Belajar) dialih bahasakann oleh
Tri Wibowo B.S. Jakarta: Prenana Media
Grup.
Ormrod, Jeanne Ellis. 2009. Psikologi
Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang. Edisi Keenam. Alih Bahasa:
Wahyu Indianti, dkk. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Solso, Robert L.,dkk. 2008. Psikologi
Kognitif. Edisi Kedelapan. Alih Bahasa:
Mikael
Winkel, W.S. 2007.Psikologi
Pengajaran. Cetakan Kesepuluh. Yogyakarta:
Media Abadi.
sangat bermanfaat sekali infonya
BalasHapushttp://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fbabeyudi.wordpress.com
Terimakasih banyak artikelnya sangat bermanfaat!!!
BalasHapussangat bermanfaat sekali
BalasHapushttp://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fimamsolikin.wordpress.com